Luhut Ungkap Potensi Kelangkaan Air di RI Imbas Suhu Bumi Makin Panas
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, menyoroti kenaikan suhu bumi yang mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah. Kondisi ini bisa menyebabkan kerugian besar bagi ekosistem seperti gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga kelangkaan air yang berpotensi terjadi dalam beberapa waktu kedepan.
Copernicus Climate Change Service (C3S) Uni Eropa mencatat suhu bumi telah lebih panas panas 1,5 derajat celsius dibandingkan era praindustri 1850-1900, selama 12 bulan berturut-turut. Fenomena ini adalah yang pertama kalinya dalam catatan sejarah.
Luhut mengatakan, kenaikan suhu tersebutmemunculkan sejumlah fenomena alam yang mengubah beberapa bagian bumi menjadi tidak sama lagi dengan kondisi beberapa abad silam. Peningkatan suhu bumi menyebabkan gelombang panas, kekeringan, banjir, hingga kelangkaan air yang akan kita jumpai dalam beberapa waktu kedepan.
"Ini adalah sebuah wake up call bagi kita semua untuk melakukan upaya mitigasi dalam mengurangi emisi karbon," ujarnya dikutip dari akun Instagram Luhut @luhut.pandjaitan, Senin(26/2).
Oleh sebab itu, Luhut mengatakan, pemerintah bersama Bank Dunia akan fokus melakukan rehabilitasi rehabilitasi 75 ribu hektare Mangrove dan mengkonservasi 400 ribu hektare Mangrove. Ini merupakan bagian dari rencana besar rehabilitasi 600 ribu hektare Mangrove di Kawasan Pesisir.
Dia mengatakan, potensi besar mangrove yang amat penting dalam penyerapan karbon yang lebih tinggi secara alami. Kelebihan itu akan dimanfaatkan antara lain untuk transformasi ekonomi hijau dan terus mengarah ke karbon biru yang lebih ramah lingkungan serta berkelanjutan